Kamis, 21 Februari 2013

Coffe dan Masa Kecilku

Pagi ini seperti biasa, seperti hari-hari sebelumnya. Aku masih setia dengan Coffe yang ku hirup aromanya dan Aku nikmati setiap tetesnya. Menikmati Coffe bukan hanya tentang rasanya tapi juga menikmati setiap kenangan yang entah kenapa selalu tersirat didalamnya. Dan Kenangan yang hidup di pagi ini adalah kehidupan masa kecil yang sangat membahagiakan. Berada dikeluarga yang utuh dan harmonis, keluarga yang selalu memperhatikan kebutuhan-kebutuhanku dari yang paling penting sampai kepada hal yang sangat tidak penting, dan yang menjadikan semuanya terasa lengkap adalah teman-teman yang setia bermain bersama. Cukup membahagiakan bukan? Mungkin sekarang semuanya masih sama, satu hal yang menjadikan semuanya berbeda adalah, ketika bertambahnya umur dan bertambah pula pengertian Aku terhadap kehidupan yang sesungguhnya, hidup yang tidak pernah lepas dari masalah. Oke, Aku sedang tidak ingin membahas kehidupan sekarang, Aku masih ingin mengenang masa kecil yang dengan mengenangnya saja sudah membuatku bahagia, ingatanku semakin liar mengingat setiap detailnya, ketika Aku semangat berlarian tidak takut akan panasnya matahari, tanah yang kotor serta batu-batu kerikil yang kadang menghalangi langkahku hingga Aku terjatuh, sakit. Tapi semuanya tidak pernah menyurutkan hasratku untuk selalu bangun dan kembali berlari, untuk sekedar bermain benteng-bentengan, sepak bola, petak umpet, bermain layang-layang, gerobak sodorba dan bahkan Aku dengan senang hati bisa jongkok berlama-lama hanya untuk bermain kelerang :)

Belajar dan bermain, mungkin hanya itu yang ada dipikiranku dulu berbeda dengan sekarang. Berbagai macam masalah perlahan telah mengeruhkan otakku dengan permasalahan kehidupan yang pelik, termasuk cinta didalamnya. Ya memang hidup harus seperti itu, Aku bersyukur bisa merasakan masa kecil yang membahagiakan yang mampu membuatku selalu ingin kembali pada masa-masa keemasan itu.


Kamis, 14 Februari 2013

Agak Sedikit Flash Back

Siang ini, duniaku masih sama. Masih seperti ini, agak sedikit berbeda dengan keadaanku yang dulu, dimana pada waktu itu ada 'Dia' yang juga hidup didalamnya, ikut membuat lembaran-lemabaran yang kini Aku biasa menyebutnya dengan kenangan. Entah kenapa otak keisenganku perlahan mengendap-ngendap mulai menjamah serpihan demi serpihan kenangan yang sudah Aku simpan rapih dalam memory. Kenapa siang ini terasa begitu biru dan sendu ketika otakku mulai menampilkan slide-slide kebersamaanku dengannya. Tidak, aku sam sekali tidak bermaksud untuk terus mengingat dan kemudian menyesali semuanya. sama sekali tidak. Aku dan Dia hanya ada dalam masalalu Kami, kebahagian yang kami rasakan dulu hanya kami yang tahu. Berawal dari sebuah buku tulis kumal yang kemudian kami buat cerita beruntun, dari rangkaian fiksi-fiksi konyol itulah kedekatan Kami terjalin. Semakin kuat ketika jari Kami masing-masing menari indah mengiringi rangkaian kata-kata yang kami kirim satu sama lain di setiap menitnya melalui sebuah kecanggihan teknologi yang di sebut SMS. Senyumku tak pernah berhenti mengembang ketika itu, Aku yakin kamu Dia juga begitu. Kebahagiaan yang pada waktu itu Aku dengan lancang menyebutnya cinta, ya aku merasa jatuh cinta padanya pada saat itu. Aku tidak pernah merasa menginginkan hubungan yang lebih, mungkin itu yang disebut ketulusan. Aku tidak pernah  mengharapkan Dia punya perasaan yang sama, melihatnya tertawa saja sudah membuatku menjadi cewe yang beruntung. Ya, karena memang Dia adalah seorang introvert, dan Aku bangga pada diriku yang bisa membuatnya tersenyum, tertawa, bercerita, bahkan memperhatikan Aku ! kebahagiaan luar biasa yang membuat Aku sangat bersyukur pernah merasakannya. Kebersamaan itu memang tidak lama, itu semua perlahan berakhir karena keluguan dan kebodohan Aku, dan yang pasti karena itu memang sudah menjadi jalan hidupku. Jarak yang seolah tak terpisahkan itu perlahan mulai melebar menyisakan celah dan dengan pasti menjauhkan kedekatan yang sudah Kami bangun. Kebahagian itu singkat, tapi Dia begitu lama mengendap dihatiku, lama sekali tidak pernah terganti sampai pada akhirnya hatiku memilih untuk melepaskannya, lelah dan karena Aku tahu kebahagianku ada di masa depan bukan pada masalalu. Sudah lama aku menyimpan, dan pada siang ini aku kembali mengoyak serpihan itu, tapi tenang Aku hanya menikmati setiap lembaran itu sebagai kenangan bukan harapan dan penyesalan :) Yang Aku tahu, samapi saat ini Dia adalah orang yang paling Baik yang pernah Aku kenal.

Selasa, 05 Februari 2013

Kehilangan



Pertemuan, merupakan sebuah awal kisah dari setiap kehidupan yang akan selalu diakhiri dengan perpisahan. Sebagaimana Tuhan telah menciptakan segala sesuatunya secara berapasangan, Pria-Wanita, gelap-terang, siang-malam, susah-senang, begitupun juga pertemuan yang senantiasa setia dengan perpisahan. Sesuatu yang sulit dibayangkan dan paling tidak diinginkan setiap manusia namun hal yang pasti terjadi pada semua manusia. Tuhan memberikan rasa kehilangan bukan karena ingin membuat seseorang sedih dan menyesalinya, selalu ada hikmah dibalik setiap kejadian. Dengan kehilangan Tuhan mengajarkan kepada Hambanya yang Ia cintai untuk senantiasa bersabar dan mencoba menerima dengan hati yang ikhlas. Jika seseorang memaknai sebuah perpisahan sebagai pelajaran berharga maka kelak Ia akan menjadi orang yang lebih kuat dari dirinya yang dulu begitu rapuh. Tidak, saya tidak bilang menerima perpisahan itu mudah. Tidak mudah bukan berarti tidak mungkin, dengan usaha segala sesuatunya akan menjadi mungkin. Dan semuanya jelas akan menjadi mungkin apabila hati sudah bertekad untuk bisa. Semua berawal dari hati, pertemuan itu dikehendaki Tuhan dan disambut baik dengan hati begitu juga perpisahan, selalu ada campur tangan Tuhan dan tugas manusia hanya menerima dengan hati yang lapang. Pasti akan selalu ada kesedihan, dan bahkan air mata seolah-olah selalu menjadi sahabat bagi mereka yang kehilangan tapi Tuhan selalu punya cara membahgiakan hamba-Nya dengan cara yang tidak pernah kita tahu.

Senin, 04 Februari 2013

Kesepian

Well masih tentang persaan. Ngga tau kenapa, akhir-akhir ini memang Gw lebih banyak menggunakan perasaan ketimbang logika. Alhasil, Gw merasa kesepian. Entah apa dan siapa yang hilang yang jelas Gw kesepian. Yang GW rasain kesepian itu tidak selalu datang ketika Gw sendiri, bahkan ketika Gw sama temen pun Gw masih merasakan itu. Ada part yang hilang, tapi gw ngga mau menebak itu apa. cukup perasaan aja yang tau, yah namanaya juga perasaan ngga selalu benar kan? Kata orang kan yang selalu benar itu cuma hati nurani, nah sedangkan gw sendiri ngga tau hati nurani gw bilang apaan (bukannya gw ngga punya hati nurani yee).

agak useless sih ketika gw terus memikirkan hal yang hilang dan terus bertanya-tanya padahal kayanya gw udah tau jawabannya. Mungkin ini masa dimana gw harus menggunakan perasaan gw untuk bisa merasakan kesepian untuk sekedar bisa menghargai betapa berharganya kebersamaan. Karena dulu ketika gw dinyatakan sendiri dalam arti status (jomblo), gw ngga pernah merasakan kesepian seperti ini. Rasanya seperti apa ya, kebahagian yang tidak ternilai ketika mempunyai banyak temen-temen yang memberikan perhatian lebih dari seorang kekasih, hidup terasa lengkap ketika mereka manjain Gw lebih dari seorang pacar, mensupport, dan karena mereka juga entah sekian lama Gw ngga pernah nangis karena cowo. Tapi ditengah kesempurnaan itu Gw masih tetep mencari, mencari teman. Teman hidup sampai aku tak hidup lagi. Ketika aku menemukannya, awalnya tidak ada yang berbeda, hidup gw tetep lengkap dan tetep bahagia. Tapi sekarang, semuanya berbeda, karena memang keadannya juga berubah. Ngga ko, Gw ngga menyalahkan keadaan dan Gw juga ngga menyalahkan Dia. Ngga, gw cuma merasa kesepian, itu aja. Kalo memang harus seperti ini adanya, oke gapapa. Artinya, biarkan keadaan seperti ini bertahan entah sampai kapan dan biarkan Gw menata hati dan mungkin memutar arah hati dimana Gw bisa tidak harus bertemu dengan kesepian lagi.